CERITA TENTANG SIDANG SKRIPSI
4 Tahun berlalu,
Sidang Skripsi, 22-Oktober-2018
Awal kali melihat pengumuman pembukaan sidang, rasanya
nano-nano (banyak rasanya), gimana enggak semua dokumen satupun belum aku
persiapkan. Untung saja ada doi yang selalu sigap dalam urusan apapun, yang mau
nemenin mondar-mandir kekampus. Alhamdulillah semua berjalan sesuai rencana,
berkat kebaikan Allah tentunya. Lega
karena sudah daftar sidang, namun ada sedikit rasa cemas saat menantikan nama dosen
yang akan menguji kami nanti.
Pintu terbuka, itu artinya giliranku telah tiba. Semua
teman-temanku yang sengaja menyempatkan diri untuk hadir menyemangatiku tanpa
henti, diikuti oleh abang yang menepuk pundaku agar aku tetap semangat. “Bismillah,
kamu bisa” ucapnya diikuti sahabat-sahabat yang lain “Semangat ni, gue yakin
elu bisa.” Ahh terharu rasanya melihat mereka yang sangat percaya padaku.
Seperti biasa pembukaan, menyapa dosen penguji, diikuti
salam terus kemudian membuka slide secara berurutan sambil menjelaskan. Selesai
dan mengucapkan terimakasih. Sejauh itu belum ada tanda-tanda panik atau gugup,
kemudian dosen penguji satu menyebut namaku lalu menghujani beberapa
pertanyaanku yang jauh sekali dari ekspektasi gue selama ini.
“Oke, Husnia dengan Nim 2014**** dengan judul skripsi Perancangan Sistem
Informasi ***** ikuti intruksi saya, saya akan memberikan beberapa pertanyaan
jika kamu bisa menjawabnya dengan benar saya akan memberikan point disetiap
jawaban kamu. Apa kamu paham? Apakah intruksi saya Jelas?
“Baik pak.. saya paham dan cukup jelas” Sahutku.
Pertanyaan pertama .. kedua, ketiga dan seterusnya..
Jangan Tanya gimana-gimana, karena saat itu gue masih
merasa ini hanya mimpi buruk, wake up ni, wake up.. eeh ini nyata ternyata. Oh
bukan, oh ini pertanyaan macam apa? Kok bisa nggak kepikiran bakalan ditanya
ini, dih yang aku ngerti kenapa nggak ditanya sama dosen? Inilah yang ada
diotak gue saat itu, aah blank dan akhirnya nggak bisa jawab seperti apa yang
dosen mau. Tau nggak rasanya gimana? Pengen nangis kejer hahaha…
Sidang selesai, kemudian menemui dosen pembimbing.
Menatap dosen Pembimbing rasanya melihat sosok lelaki dengan figure ayah. Ingin
sekali menumpahkan air mata didepanya, mengungapkan bagaimana rasanya saat aku berdiri diruang yang sangat dingin itu seorang
diri, lalu ditodong dengan beberapa pertanyaan oleh dosen penguji. “Udah jangan
sedih, mereka sebenernya baik kok, mereka gitu biar tau aja mental kalian
gimana.” Itulah kata-kata yang muncul saat melihat kami para mahasiswa
bimbinganya. Kalian dinyatakan “Lulus” Alhamdulillah, ada angin segar tiba-tiba
masuk kekerongkongan kami, membuat kami bisa menarik senyum lega. Yaa meskipun kita
tau ada langkah-langkah lainya yang harus kita lalui lagi untuk bisa berdiri
didepan panggung lalu memindahkan tali toga dari kiri ke kanan.
**
Kalian tau? Ada hal yang sangat menyedihkan dari sidang
skripsi. Yaitu perpisahan dengan sahabat-sahabat kita dibangku kuliahan. Omong
kosong bila ada ucapan “meski kita udah lulus, kita tetep bisa kok ketemuan dan
bareng kaya gini lagi.” Faktanya tidak demikian, gausah jauh-jauh deh. Buktinya
pas liburan semesteran aja, mereka pada ngilang satu persatu, bahkan group
kelas yang biasanya rame hanya untuk saling chat-chat gila, sekarang sepi
seperti taka da penghuni.
***
Masih inget bagaimana saat pertama kali jadi MABA?
Gue sih seneng, seneng karena banyak temen baru,
sisanya pusing. Karena kuliah itu nggak kaya di FTV yang sering kita tonton,
disana kita akan menemukan banyak tugas. Ada tugas lab, persentasi, laporan dengan tulis tangan, ngoding dan masih
banyak lagi. Tapi semua itu bisa kita lalui kan?
Kini semua itu hanya bersarang di memori kita dan
hanya bisa kita kenang saat merindukan.
~Kebayoran Baru 24-Oktober-2018
Komentar
Posting Komentar