Dari mahasiswi Tingkat Akhir :')
Kau hanya menyukai bayanganku dalam setiap goresan
pena diatas bukuku itu, kau tidak
menyukaiku pada dunia nyataku.
Aku tau, bahwa tulisanku bukan berarti sepenuhnya
kepribadianku, bukan aku ingin menjadi seorang wanita yang munafik, hanya saja
aku ingin berbagi pengetahuanku lewat tulisanku. Karena lidahku tidak mampu
untuk mengungakapkanya jadi biarlah sederet tulisanku saja yang menjadi
sarananya.
Aku tidak ingin kau terlena oleh imajinasimu yang kau
buat karena sering membaca tulisanku, bukan.
Maaf bukan maksud ingin menyakiti, namun biarlah
hadirmu hanya lewat untuk mengisi lembar kehidupan ini, bukan untuk tetap
tinggal. Harapanku sangat jauh untuk bisa hidup denganmu, karena aku tidak
hanya butuh sederetan materi, bukan juga butuh sederetan janji, aku hanya butuh
pemimpin yang amanah, yang mampu bertegak didepan untuk menopangku, diriku yang
sering kali lalai, yang mudah rapuh, yang mudah goyah. Biarlah yang paling baik
agamanya yang nanti akan menemani, karena aku yakin akan Janji-Nya, bahwa tidak
ada kerugian dalam setiap pilihan jika mengutamakan “Agama”.
**
Wanita, bila kau tau betapa istimewanya dirimu, tentu
kau akan berfikir seribu kali ketika kau disentuh-sentuh lelaki yang bukan
mahromu.
Ketika kau tau hijab adalah pelindung dan
identitasmu, tentu kau tidak akan rela membuka setiap lekukan tubuhmu untuk
mereka.
Ketika hatimu tidak lagi diisikan oleh ilmu, tentu
keindahan duniwai saja yang ada disana, padahal kau adalah perhiasan yang
sesungguhnya.
Aku bukan wanita baik-baik yang tidak berdosa, namun
aku ingin menjadi yang lebih baik dari aku yang sebelumnya.
Wanita, aku tau kau memang suka dengan keindahan,
hatimu terlalu sensitive, aku tau kau makhluk perasa namun bila kau tidak
bumbui hidupmu dengan perbanyak Ilmu agama, kau adalah makhluk yang lebih
banyak ada di neraka, sedangkan dirimu tau namun kau tidak mau.
Tidak mau bergerak menuju kesana, kearah yang lebih
baik, padahal kau adalah mahluk yang dijunjung tinggi martabatnya, namun kau
tidak bisa menjadikanmu menjadi wanita yang seseunggunya, wanita yang dicemburui
penduduk surga.
***
Aku tidak pernah berharap banyak hal pada orang lain,
karena berharap banyak hal itu selalu membuat hati kecewa, dan sungguh
kekecewaan itu bukan karena orang lain, melainkan karena harapan yang kita
bangun sendiri.
Setiap kali aku harus menitimu, melihat gerak
gerikmu. Bukankah aku pengamatmu secara diam-diam, setidaknya aku harus memilki
gambaran ketika memutuskan untuk menyerahkan sisa hidupku, ini hal yang tidak
mudah buatku, menerima orang lain untuk ikut campur dalam urusan hidupku adalah
hal yang sangat tidak aku sukai sejak dulu, karena menurutku bukan banyak
membantu malahan menambah keribetan hidup, aku terbiasa sejak kecil dengan
kesendirian, ibu yang mengajariku untuk menjadi wanita yang tidak banyak
ketergantungan pada orang lain, sekalipun itu suami kita sendiri.
Ketika aku memutuskan untuk melanjutkan berpendidikan
tinggi itu karena aku tidak ingin hidupku terkendali oleh siapapun, ketika aku
memutuskan untuk menuntut ilmu ini dan itu, bukan karena ingin menjadi lebih
baik dari siapapun, itu karena aku ingin
anaku bangga memiliki ibu sepertiku, ibu yang bisa segalanya. Dan ketika suatu
saat hal buruk menimpaku, aku tidak akan menjadi wanita yang lemah dan putus
asa karena aku memiliki pendidikan dan ilmu.
**
Terimakasih pengalamanku,
Aku tidak ingin mengatakan “mengapa” hanya ingin
mengatakan “bagaimana”
Karena kata mengapa memiliki kecenderungan yang tidak
bisa menerima, sedangkan sesuatu yang sudah terjadi sekalipun kita tidak terima
dan sekalipun kita tidak mau, memang sudah terjadi.
Sedangkan kata bagaimana menuntut kita untuk
memperbaiki kedepanya, ketika kita sudah melalui hal yang buruk, pengalaman
akan menjadi guru terbaik kita bisa tau langkah apa saja yang akan kita ambil
agar tidak jatuh dilubang yang sama.
Komentar
Posting Komentar