Mama "I'm Alone"
Entah aku hanya bisa terdiam kaku didepan jendela
yang sengaja aku buka, melihat kendaraan lalu lalang dengan bisingnya.
Rasanya hampir saja aku tidak percaya dengan apa yang
aku dengar barusan, dan sekilas bayangan masa lalu menghantuiku, mengacak-acak isi kepalaku dan membuat kepalaku sakit.
“ran, are you okay?”
“yaa.. seperti yang kau lihat,..”
Akhir” ini aku lihat kamu sering bengong, dan kosong.
Ada apa ran? Ceritalah kalau ada masalah, mana tau aku bisa bantu.
Sekarang, aku tidak percaya dengan siapapun, kecuali
diriku sendiri, apalagi denganmu.
“nggak papa” put, aku Cuma agak nggak enak badan aja.”
“sudah minum obat? Lebih baik kamu pulang, daripada
nanti tambah parah..”
“saranmu boleh juga, kalau gitu aku siap”lah ..”
“get well son sayang..”
“oke, makasi.”
Awan sore ini terlihat mendung sekali, tidak seperti sore biasanya ataukah mungkin aku
yang sedang tidak bersahabat pada alam.
Oh tuhan, ini tidak mungkin terhadi, dan tidak
seharusnya terjadi.. aku harus bagaimana? Aku harus cerita pada siapa? Aku harus
kemana?
Mama.. iyaa aku harus cerita sama mama, tapi.. tidak,
mama tidak akan paham, siapa? Pandu, iyaa.. tapi, dia tidak akan bisa mengerti,
arghh… aku benci sekali dengan kondisi yang semuanya harus aku yang menanggung
dan aku yang sakit sendiri, apa peduli mereka..
***
“ Mamamu, itu perebut suami orang.. mamamu perebut
suami orang, mamamu perempuan jalang.. dasar anak jalang, kau anak jalang..”
Aku rindu sekali sama mama, mama…
Maa…
Maaa, ranti rindu mama.. tolong ranti maa…,
“ranti, istigfar ran.. rantii. Ya tuhan, badanmu
panas sekali, kita harus ke dokter sekarang.”
Entahlah sejak mimpi itu, aku tidak sadar hingga aku
terbagun dan dikelilingi oleh suster, dokter dan teman-teman kantorku, kata
mereka aku sering mengigau dan memanggil mama, entah ada apa denganku, yang aku rasakan
hanya sakit didalam ulu hatiku, dan wajah mama yang selalu menghantuiku.
“seharusnya kau tidak usah terlalu capek ran..”
“aku kenapa? Kenapa aku disini? Kenapa semuanya
terasa sakit?”
“sudah, istirahat dulu aja, jangan mikirin yang
lain..”
“mama..”
“iyaa ran, ini mama.”
aku memeluk tubuh kurusnya, setelah 3 tahun terakhir
tidak berjumpa, aku rindu sekali padamu ma..
mama hanya mengangguk dan mengusap lembut rambutku
“ma.. rasanya sakit, seperti ditusuk-tusuk belati.”
“sabar yaa ran, kamu pasti sehat lagi.. mama percaya
kamu anak yang kuat.”
**
Di usia 22 tahun, aku sudah mencapai target yang luar
biasa, aku lulus dengan predikat tebaik dikampus ternama di ibu kota, lalu pekerjaan
yang luar biasa, namun ada saja jalan yang tidak semulus yang orang lihat,
seperti keluarga dan urusan asmaraku, aku bukan tipe perempuan pada kebanyakan,
tampilanku memang feminime namun sikapku tidak demikian, aku juga bukan orang
yang mudah menaruh hati pada lelaki, bukan karena terlalu tinggi kriteriaku,
namun sejauh ini tidak ada yang menarik perhatianku, kalaupun ada bisanya aku
lebih suka pada suami orang, karena sikapnya yang dewasa dan penyayang. Namun aku
tidak suka melukai hati perempuan, bila hal itu terjadi aku segera membuangnya
jauh”, hal wajar memang menyukai lawan jenis, namun jika kita menaruh hati pada
suami orang itu bukan hal yang wajar menurutku, sebagai perempuan aku juga tau
bagaimana rasanya jika orang yang kita cintai menaruh hati pada wanita lain,
aku tidak ingin menjadi penyebab kehancuran hidup seseorang.
Terkadang aku tidak habis fikir dengan lelaki yang
sudah punya istri masih saja tergoda oleh wanita lain, bagaimana mungkin dia
melukai perempuan yang rela menghabiskan sisa waktu untuknya, mengasuh anaknya
lalu dia berzina diluar sana.
Entah sampai kapan aku harus dihantui hal itu, dan
membuatku enggan membuka diri pada lelaki yang ingin dekat denganku.
**
Kemungkinan untuk sembuh hanya 30%, dan bahagiakan
dia sebelum dia pergi
“mama, nggak perlu capek-capek dateng kesini untuk
mengasuhku ma.. aku sudah terbiasa sendiri, dan kau pandu, tidak usah repot”
membawa bunga kemari karena aku sama sekali tidak butuh itu.”
Mama dan pandu saling beradu pandang, aku hanya diam melihat
mereka menaruh belas kasih padaku yang terbaring lemah.
Aku sudah biasa dengan kesendirian ma, mama yang
mengajariku untuk meghadapi semuanya sendiri, dan aku yakin aku bisa menghadapi
semuanya sendiri, jadi mama nggak usah repot” buang waktu untuk mengurusku.
“kamu bicara apa sih ran?.. mama pengen kamu sembuh
dan ceria seperti dulu.”
Ceria?
Aku lupa bagaimana mendefinisikan ceria, setiap kali
aku harus menahan semuanya seorang diri, karena aku paham tidak akan ada yang
paham dengan diriku kecuali diriku sendiri.
“kamu nggak seharusnya ngomong begitu sama mamamu
ran..” sahut pandu
Berhentilah untuk menjadi pecundang pandu !, kau tau
apa tentang hidupku? Kau yang mengaku peduli? Sejauh mana kau tau dengan
penyakitku? Lukaku? Lelahku? Kau tau apa?
Tapi aku paham sekarang, aku memang harus membisakan
semuanya seorang diri.
“maafin mama ran.. maafin mama yang tidak pernah ada
waktu untukmu, mendenger keluh kesahmu. Maafin mama.. ini salah mama..”
##
“ Mba.. kenapa aku harus masuk pesantren?.”
“karena kamu lelaki dek, kamu akan menjadi pemimpin..
pemimpin punya amanah yang besar, bagaimana mungkin kau akan memimpin kalau
ilmumu sedikit?
“tapi mba, mama..”
Sudahlah, mama baik” saja, jangan dengarkan apa kata
orang tentang mama, mama sayang sama kita, kita bisa pandai dan urusan kita
lancar berkat do’a mama.
“mbak nggak benci mama?”
“enggak, kenapa mba harus benci mama mba sendiri?”
“mba nggak malu punya mama, kaya mama?”
“enggak, mba malah bersykur karena Allah berikan mama
untuk kita.”
“tapi kan mba, mama…”
“mama baik, mama sayang kita.. itu yang harus kamu
tau.”
“iyaa mba..”
“jangan pernah benci mama.. jadilah lelaki yang
tanggung jawab, pemimpin yang amanah, anak yang sholeh, Makhluk yang
bermanfaat, Umat yang membawa kebaikan bagi sesama.
“do’akan aku mba..”
“pasti… mba sayang kamu dek.”
***
Hari itu aku lihat, semua orang menangis, aku melihat
mama yang memandikanku, adiku yang mengangat dan menurunkanku dari keranda,
inilah akhir hidupku, tidak ada satupun orang yang mencintaiku dan aku cintai
inkut kesini, aku benar” paham aku sekarang sendiri, inilah akhir dari
segalanya.
Pencapaian” dunia tidak bermanfaat sama sekali,
jabatan tidak menyelamatkan, harta tahta tidak berguna.
~ Surat untuk mama ~
Mama..
Aku begitu iri, ketika semua anak” masuk sekolah
dasar mereka bahagia dengan orang tuanya, tapi aku sendiri, mama menyuruhku
kesekolah sendiri.
Mama..
Aku begitu iri, ketika hari wisudaku yang aku
hasilkan oleh keringat sendiri tapi mama tidak menghadiri
Mama..
Aku iri, ketika mereka dijenguk dan diperhatikan
ketika jatuh sakit, namun aku harus bertahan seorang diri
Mama..
Maafkan aku anakmu, yang selalu membangkang, yang
tidak pernah patuh padamu, tapi maa.. aku bahagia, karena aku punyaa mama, mama
yang sabar, mama yang sayang, meski kita jarang bersama tapi aku tau, mama
sayang sama aku..
Maafin Ranti maa.. Ranti yang lebih dulu pergi,
maafin ranti yang nggak bisa menepati janji untuk menjaga mama dihari tua mama.
Komentar
Posting Komentar