Berawal dari salah paham
Tadi sepulang
ngantor, nyamperin abang rencana mau makan bakso didepan kompleks, karena
rasanya nggak enak banget tenggorokan, sesampai dipos satpam, ada mobil yang
menghalangi jalan lalu kami mengira itu mobil mau keluar cukup lama kami
melihat dia berhenti, karena melihat space didepan, kami mau lewat, namun si
bapak maju, kirain saya dia maju untuk memberi kami jalan lewat belakang dia,
tapi pas kami maju dia malah mundur dan hampir nabrak kami, akhirnya kami
mundur dan berhenti, sempet mendengus sebal tapi kami tahan agar tidak meluap
emosi kami, lalu si bapak membuka kaca mobil, saya kira mau minta maaf, namun
beliau malah marah”. “kamu nggak lihat
saya mau masuk? Kamu nggak lihat itu gerbang kebuka, lalu kami timpali, “maaf
pak, saya kira bapak mau keluar.” Dia mengulangi kalimat yang sama, akhirnya
kita minta maaf, namun kayaknya sii bapak nggak terima, kamipun langsung gas
dan pergi dari sii bapak tadi, namun si bapak malah mengejar kami dan hampir saja
menabrak, lalu meyerong dan menutupi jalan kami lagi, akhirnya kita pergi kepos
satpam, sesampai disana kita mau ngasih
penjelasan malah si pak rt sama satpam marah” sama kami, si abang mau menjelaskan
malah pembicaraanya dipotong”
Sudahlah, kita
minta maaf kita yang salah, si pak rt
malah ngotot dan ngatain abang, sempet
dongkol sih, tapi karena kalau diatasi dengan marah sama” kita tidak
menyelesaikan masalah, yang ada membuang waktu dan energy untuk hal yang nggak
penting.
Sepanjang jalan
aku istigfar, melihat kejadian kaya tadi, lalu mencoba memahami dan menguatkan
hati agar tidak berkarat, “mungkin sii bapak tadi capek kali, habis pepergian.”
Kataku sama abang
“iyaa kali ping,
yaudahlah yang penting kita udah minta maaf.”
Lalu aku cerita
sama ibu, mengenai hal yang tadi. Dan ternyata kata ibu, memang orangnya arogan
dan pemarah, jadi dimaklumi saja, mbah aja sering sakit hati sama si bapak
tadi.
Dari kejadian
tadi aku mikir, bahwa memang benar harta dan tahta itu tidak bisa menjamin kita
bahagia, buktinya si bapak tadi stress
gara” entah apa, padahal dasar logika manusia sekarang apa sih kalau bukan
mengejar dan menumpuk harta mengejar jabatan kalau bukan mencari kebahagiaan, kita
nggak sadar bahwa kita sedang diperbudak sama dunia, lalu hikmahnya, sikap seperti itu bukan malah
membuat kita baik dihadapan sesama yang ada malah menjatuhkan martabat kita,
sekalipun jabatan kita atau tahta kita tinggi dihadapan yang lainya.
Semoga Allah
tidak mencodongkan hati kita, membuat kita angkuh serta merasa baik dari
makhluk lainya, semoga kita diberi pasangan dan anak” yang sholeh dan sholehah,
semoga kita tidak terjebak dan terhanyut dan diperbudak oleh Dunya Aamiin.
#Note
Hidup ini adalah
rangkaian dari masalah, dan tidak akan lepas dari yang namanya masalah,
bersikap angkuh dan ingin dimengerti bukan tujuan utama kita disini, kita semua
diuji sampai kita mati, hingga Allah tau mana yang paling baik imanya, dan jadikanlah sabar dan Sholat sebagai
penolongmu.
Komentar
Posting Komentar