PART II



“Kamu berangkat sama Ranti pan? “
“Iyaa, ne.”
“Aku sedikit banyaknya  takut loh, kalau-kalau kalian nanti sering bareng, besar kemungkinan akan ada..”
“Sudahlah, jangan suka berburuk sangka, Ranti itu masih saudara aku ne. kamu kenapa sih? Curiga banget sama dia? Aku aja nggak ada niat buat suka sama dia .”
kita dulu juga nggak berniat sedekat ini kan pan? Namun karena kita terbiasa bersama timbulah rasa itu.
“kamu tenang saja, aku janji. Akan setia. Kamu jaga diri baik-baik yaa an.”
Aku hanya mengganguk, menatap kearah luar, menatap dinding langit dengan penuh banyak tanda Tanya, dan mencoba menghapus pertanyaan-pertanyaan yang sejak tadi berhasil mengacak-ngacak fikiranku.
Apakah pandu sedih karena akan berpisah lama denganku? Aku lihat tidak ada mimik-mimik yang menunjukan bahwa dia berat sekali jauh dariku.
“pan, apa nggak sebaiknya kita nikah sekarang? Kenapa harus menunggu 2 tahun lagi? setidaknya aku tenang kan disini?.”
Dia hanya tertawa melihat mimik serius diwajahku.
“please an, jangan kaya anak kecil. Kamu percaya kan sama aku?”
“Aku hanya butuh kejelasan, tidak seperti ini. Kalau memang ada orang lain dihatimu jujur saja. “
“kamu yakin akan baik-baik saja?.”
“iyaa..”
“Jujur saja ada orang lain dihatiku an.. iyaa, itu kamu.”
“Aku nggak suka hal yang serius kamu jadikan bahan bercandaan.”
Lalu aku pergi meninggalkan Restoran siap saji itu, dan masuk kedalam taksi.
Iyaa, pandu tidak mengejarku, sama sekali tidak.
Aku dalam tangisku dan fikiran yang sejak tadi mengacak-ngacak fikiran membuatku semakin ragu denganya.

**
“Anne, kamu baik nak? Dari tadi tante perhatikan kamu lesu begitu?.”
Seperti yang tante lihat. Jawabku sambil menghampiri tante yang sedang duduk santai dibalkon.
“pandu lulus seleksi tan ke kairo.”
“wah keren dong, tante juga yakin dia itu bakal jadi orang sukses. Kamu harusnya bangga dong an, karena dia sekarang sukses. Dan itu juga berkat kamu kan?”
Aku cemas tan, dia bakal lama kan disana? Aku takut kalau.. LDR itu tidak semudah yang tante fikirkan.  Dan tante juga tau, bahwa kesetian lelaki diuji ketika dia memiliki segalanya.
“an, kamu harus percaya sama dia. Kamu yang sudah kenal lama sama dia kan?, dan tau tabiat dia seperti apa?”
Aku khawatir dengan ranti tan.
“Ranti yang orangnya cantik itu bukan an?, yang lulus seleksi juga? Yang ramah itu? Yang hafal 30 juz?
Iyaa,. tante aja mengakui bahwa dia sesempurna itu. Bahkan nanti rantilah yang akan lama bersama dengan pandu.
“Kayaknya nggak mungkin deh pandu suka sama ranti”
Aku hanya mengerutkan dahi
“lagian kamu nggak kalah cantik kok dari ranti.”
Bukan cantik tante, tapi dia adalah sosok wanita yang lemah lemut dan sholehah. Mana mungkin pandu tidak tertarik, aku juga sering memperhatikan pandu bagaimana cara dia bersikap dengan ranti.
“kamu jangan berlebihan an, itu perasaan kamu saja. Karena kamu sudah merasa rendah dihadapan ranti. Dan sikap pandu ke ranti menurut tante wajar ah.. nggak ada istimewanya. Harusnya jika kamu tau ranti perempuan yang lemah lembut, yang sholeh, dan baik, kamu juga berusaha lebih dari ranti. Pada kenyataanya lelaki yang siap menikah tidak butuh wanita yang sekedar cantik an, pinter, cerdas, gesit, lemah lembut semuanya harus dimiliki dan tante yakin, kamu bisa lebih dari ranti.
“Oh iyaa, gimana skripsi kamu ne?”
“lancar tan, mungkin bulan depan aku sudah bisa sidang.”
“Alhamdulillah, ayo dong semangat, mana anne yang tante kenal dulu, yang tidak putus asa, tidak cenggeng dan tidak penakut.”
“Karena semuanya bisa berubah seiring berjalanya waktu tan, apapun itu.”

#JAKARTA 16 Februari 2016




Komentar

Postingan Populer