On Sunday
Ada yang tersekap begitu dekat,
dilembar ingatan sebagai catatan. Lembar halaman yang menampung genang
kenangan, tentang bagaimana sebuah perjalanan rasa yang di lalui, yang kini
hanya sepenggal sebuah kenangan, perjalanan yang tumbuh sebagai pohon masa depan,
lalu waktu terus menuai jasad angka dari lebar almanak dari dalam tubuh kita.
Kerinduan itu tahun demi tahun
lenggang yang berdiri. seperti
malam yang gelap, siang yang terang dan waktu begitu cepat berlalu, kita tahu
jika kita telah cukup bekal untuk mewujudkan langkah menyusun tujuan, merancang
rencana lagi bagi nama kita sendiri.
Tolong ingatkan aku lagi pada
percakapan saat kita pertama jumpa dulu, pada deret bangku dan papan tulis dan
lembaran buku pelajaran, dan ketika ruang-ruang telah kosong ditinggal pulang,
betapa hari-hari telah kita lalui, dia menikung kita ke berbagai arah, katakan
disudut mana lagi aku bisa menemukan kau?
Menafsirkan cerita ini adalah
deretan pintu dengan daun terbuka selalu akan ada kisah baru usai dan dimulai
setiap kalinya, seperti juga pohon yang terus tumbuh itu, selalu tiap ranting
menyimpan pokok sejarahnya masing”
Seperti halnya sempat kita sadari
juga pada diri kita.
**
Ketika semua hal yang dilalui
akan menjadi sebuah history, kenangan indah dan masa itu sungguh ingin
diulangi, namun kita tau bahwa semuanya tidak akan bisa kembali, biarlah
seperti itu, simpanlah. lalu jika merindu, ingatlah kembali, terseyumlah karena
sudah dilalui, pelajarilah karena sudah menjadi ilusi, tolonglah pada jiwa jiwa
yang sedang merindu, pahamilah segalanya dengan bijaksana, yang lalu biarlah
berlalu, pada langkah yang ingin dituju iringalah dengan pembelajaran dimasa
lalu.
##
Ada yang hadirnya harus
dilupakan, ada yang hadirnya hanya sebatas teman menuju waktu, ada juga yang
hadirnya menemani setiap detik waktu, lalu untuk apa dirisaukan? Pada akhirnya
semua tidak bisa bersama-sama beriringan, ada yang hadirnya hanya didalam hati
tanpa bisa bersama melewati. biralah seperti itu, karena memang sudah jalanya, dan
biarlah seperti itu karena sudah takdirnya.
Tidak ada yang terbaik, yang
terburuk dari perjalanan rasa, semunya datang membawa pelajaran bagi diri untuk
melengkapi agar bisa hidup lebih baik lagi.
Komentar
Posting Komentar