Hak






Ketika azam sudah jauh menepati posisi tertinggi dalam hati, semua berlaku begitu saja dengan bergulirnya waktu. do’a-do’a tergelincir dalam naungan sepertiga malam, berharap apa yang di harapkan oleh insan segera di ijabahkan.
Tangan mengadah layaknya seorang pelita yang meminta agar segera di beri, air mata bercucur, badan bergetar, mulut ternganga. Kerinduan tanpa Hak itu menjadikan penyakit yang luar biasa dasyatnya. Menantang tanpa dosa, perlahan menggerogoti iman yang lemah dan siap menjadikan Teman dalam waktu tanpa malu.
Ada yang salah pada diriku, merindukan apa yang jelas-jelas sudah tak Hak-ku, menjaga perasaan Orang lain.
Terluka, mungkin itu saat ini yang aku rasa, perlahan mencoba untuk terbiasa namun menjadikan ku semakin lemah dalam kesalahan berkepanjangan.
Jika bahaginya adalah hidupku, namun bahagiaku bukanlah ada pada hidupnya.
Ia menantang tanpa rasa prihatin, ke-Egoisan dalam Cinta bukan hak jika belum ada kesepakatan keduanya.
Namun Begitu ku perjelaskan Semakin besar pemberontakan itu, Segala kecaman yang tak pantas ia lontarkan.
Aku salah, menjadikanya begitu menggilai Cinta tanpa Hak, namun aku lemah untuk melukainya.
Aku pasrah bukan lemah, karena semua tidak akan berlaku tanpa Se-izinya berharap yang terbaik akan datang dengan Waktu yang tepat.
            Langkahku semakin berat, Memoriku semakin lemah untuk mengingat, wajah semakin layu.. Itu karena ketidakpandaian dalam menjaga Hati.
Tak ada dasar dalam diriku mengkambing hitamkan orang lain atas Hidupku, ini murni salahku.
Jika kita sudah berpedoman dalam hidup dalam keyakinan atas dasar nama Agama, mereka benar-benar hidup yang benar-benar hidup, bukan hanya hidup tanpa dasar kematian atau hidup.
Posisi tengah menjadikan insan tak sadar bahwa hidupnya sedang dalam kecaman dalam hak tanpa batas.
Manusia pemberontak tanpa dasar dan tiada kesabaran dalam hatinya akan menjadikanya semakin serakah dalam nafsu Duniawi.



Komentar

Postingan Populer